Jogja pasca kerusuhan kemarin, beberapa titik dipasang spanduk putih dengan tulisan dari cat semprot hitam, semacam "Jogja damai", "Dukung aspirasi tanpa anarkis", " anti kekerasan", dsb.
Kini, di samping atau di tempat spanduk tersebut dipasang spanduk baru lebih resmi dari kalurahan. Seperti "Jogja cinta damai" di timur Stadion Maguwoharjo atau semacam "<kalurahan/kabupaten> mundukung penyampaian aspirasi dengan santun dan damai" di beberapa titik.
Alhasil, isu terbesar yang paling disorot adalah Jogja yang rusuh kemarin bukanlah Jogja. Jogja seharusnya damai selalu. Gak anarkis. Kalau pun besok mau demo lagi, jangan ada kekerasan.
Iyaa, itu betul. Iyaaaaa. Valid 100%.
Tur ngene, saya tidak mendukung kekerasan. Tapi, ketika kekerasan itu muncul, lihat masalah utamanya. Sorot akar masalahnya. Pemda seharusnya mendorong kabupaten/kalurahan untuk menyorot akar masalah tersebut di spanduk. Terserah kalau setelah itu dituliskan soal "anti kekerasan" dan semacamnya.
Lihat, kawan-kawan dari Jogja Memanggil sudah menyampaikan aksi damai juga, kok, di bundaran UGM kemarin. Apakah didengar? Tidak.
Menyebalkannya Jogja tuh begini.
Eneg.